Tadinya Gak Kepikiran Nulis Gorong-gorong
Terus terang, tadinya memang gak kepikiran nulis tentang pemasangan gorong-gorong di sepanjang pinggir jalan. Tapi ketika hujan mengguyur jalan di Kota Tasikmalaya, masih tetap saja banjir cileuncang menggenangi badan jalan, timbul niat untuk menulis pengalaman menyaksikan pemasangan gorong-gorong sampai larut malam.
Netizen heboh mempertanyakan soal banjir kemarin, padahal pemasangan gorong-gorong sedang berlangsung. Artinya pekerjaan belum selesai. Hampir secara keseluruhan mereka bertanya kenapa masih saja terjadi banjir?
Malam itu, lupa lagi hari dan tanggalnya, saya diajak tetangga melihat pemasangan gorong-gorong di depan tokonya. Mungkin tetangga khawatir pengerjaan saluran air itu kurang benar. Kata dia, pengerjaan saluran air itu baru benar, ketika ada petugas pengawas atau mandor. Tapi ketika tidak ada mandor, saluran yang mestinya lurus malah jadi bengkok kaya mengular. Itu yang dia lihat beberapa malam terakhir ketika menyaksikan penggalian saluran dan pemasangan gorong-gorong. Ada yang lurus atau ada yang bengkok terhalang tembok depan toko.
Untuk itu, kepikiran untuk membuktikan ucapan teman saya itu. Apakah benar kalo ada mandor yang mengawasi pengerjaan, pekerja sungguh-sungguh kerjanya sesuai dengan rencana? Ato mereka kerja asal-asalan, ketika tidak ada mandor.
Tapi memang ada buktinya, selokan di depan apotek sedikit berbelok beberapa centimeter, alias secara kasat mata kelihatan tidak lurus. Mungkin itu yang dimaksud tetangga saya, saluran berbelok dan tidak lurus, ketika tidak diawasi mandor.
Malam itu, ketika saya datang di lokasi dengan diantar tetangga lainnya dibonceng sepeda motor, di sana kelihatan sudah ada seorang ibu di kios pedagang kopi dan gorengan.
Semula dikira ibu itu pedagang kopi. Untung saja tidak lantas pesan kopi kepadanya. Siapa si ibu itu? Ternyata ia istri mandor yang ikut menyaksikan pekerjaan suaminya menjadi mandor mengerjakan gorong-gorong.
Sambil minum kopi, saya, tetangga, dan mereka melihat para pekerja yang sedang pasang gorong-gorong (box culvert).
Asyik juga melihat kelihaian operator menjalankan alat berat backhoe memasangkan box culvert. Saya kepikiran kelihaian operator itu bak anak-anak yang sedang memainkan games.
Operator alat berat dengan hati-hati memasangkan beberapa box culvert ke dalam saluran. Padahal resiko dan bahayanya cukup besar. Takut tali yang dipakai mengangkat box culvert, yang beratnya mungkin kuintalan, terputus dan mengancam keselamatan beberapa pekerja, yang berada di dalam saluran sambil memberi aba-aba.
Tapi itulah yang namanya teknologi canggih, operator mahir mengendalikan backhoenya.
Kalau melihat para pekerja, yang umumnya masih pemuda, dan tenaganya kuat, bekerja penuh resiko, berbahaya, dan mengancam keselamatannya, tapi masih saja ada yang nyinyir terhadap hasil kerjanya.
Bahkan mandor sambil memegang tiang meteran, agar pas memasang box culvert pada kedalaman tiga meter, masih dibayangi-bayangi resiko bahaya dari box yang melayang-layang di atasnya, yang diturunkan ke dalam saluran.
Dengan tegang saya menyaksikan tali sling mengencang menurunkan box culvert. Dan plong rasanya ketika melihat box itu tepat berada pada posisinya.
Selama ini, box-box itu diangkut beberapa truk yang hanya mampu memuat tiga buah box. Mungkin dari ratusan box culvert yang diproduksi pemborong tidak semuanya berkualitas baik. Ada saja satu box yang rusak dan semplek ketika digeserkan backhoe supaya sejajar pada saluran air.
Saya kecele ketika melihat box yang pecah dan diangkat kembali ke atas dikira akan dipindahkan ke atas truk. Lantas truk itu akan kembali ke tempat pembuatan dan menggantinya dengan box baru. Nyatanya, box rusak itu diangkat dan ditaruh di box lainnya di saluran itu serta menguburnya dengan tanah.
Lucunya, masih ada kritikus nyinyir ketika turun hujan kemarin, Kota Tasikmalaya masih banjir cileuncang. Lah wong pengerjaannya pun masih abru sebagian. Dalam arti penggalian saluran belum sampai ke hilir yang bermuara ke sungai atau selokan besar. Kritikus aneh. Mudah-mudahan ia mengkritisi pemasangan gorong-gorong bukan hanya ingin diperhatikan mendapat sebuah proyek, melainkan benar-benar ingin membangun kotanya menjadi kota yang resik.
Sampai pukul 02.30 dinihari saya baru pulang dari lokasi pembuatan gorong-gorong, dengan harapan hanya ingin membuktikan omongan teman saya itu. Dan ketika ingat kepada lontaran kritikus, nyatanya ... ? Ya sudahlah.
No comments: